SUKU ASMAT

Gambar 1. Suku Asmat
    Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua Selatan. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua, yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu suku Bisman yang berada di antara Sungai Sinesty, dan suku Simai di Sungai Nin.

    Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen/motif yang sering kali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, sering kali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.    

 Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku yang ada di Papua Selatan, Indonesia. Asmat adalah sebuah nama yang diduga berasal dari ungkapan As Akat, kata dalam Bahasa Asmat berarti “orang yang tepat”. Yang lain mengatakan bahwa nama tersebut berasal dari Osamat, sebuah kata yang berarti "manusia dari pohon". Wilayah yang ditempati Suku Asmat adalah dataran coklat lembek yang tertutup oleh jaring laba-laba sungai. Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan atau Distrik. Hampir setiap hari hujan turun dengan curah 3000-4000 mm/tahun. Setiap hari juga pasang surut laut masuk kewilayah ini, sehingga tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan berlumpur. Jalan hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk di atas tanah yang lembek. Praktis tidak semua kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini. Orang yang berjalan harus berhati-hati agar tidak terpeleset, terutama saat hujan.

    Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat suku Asmat pun melalui berbagai proses, yaitu:

  • Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir secara selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
  • Kelahiran, tidak lama setelah jabang bayi lahir, dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
  • Pernikahan, proses ini berlaku bagi pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun, dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan maskawinnya berupa piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, apabila ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
  • Kematian, apabila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, sedangkan masyarakat umum jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

    Dalam hal kepercayaan orang Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Menurut keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan.

    Budaya suku Asmat yang sangat terkenal adalah tradisi mengukir. Bahkan keindahan buah tangan mereka sudah diakui sampai ke mancanegara. Hingga saat ini, suku Asmat percaya keahlian mengukir yang mereka miliki berasal dari salah satu dewa bernama Fumeripitsy yang turun ke bumi.

    Contoh budaya yang ada di suku Asmat adalah 
  1. Tari Tibe
  2. Jew
  3. Tradisi ukiran
  4. Ritual kematian
  5. Upacara Tsyimbu



Gambar 2. Suku Asmat

Sumber : 
  1. https://regional.kompas.com/read/2022/08/25/231220078/mengenal-suku-asmat-dari-asal-usul-hingga-tradisi?page=all
  2. https://id.theasianparent.com/suku-asmat
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat

Angela Gladys Saraswati/9B/4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUDEG

TAMAN NASIONAL WASUR